Tisa Khaulah Khasanah Anshorullah..


Allahu akbar…allahu akbar….allahu akbar
Di sore hari nan cerah itu, di salah satu masjid yang berada di depan kampus ternama di kota Bandung terdengar suara adzan berkumandang. Seketika itu juga seluruh kegiatan yang berada di sekitar masjid harus dihentikan, seluruh anak-anak sampai orang tua langsung berbondong-bondong berjalan menuju ke arah tempat wudhu.
Eh udah adzan shalat ashar, kita shalat berjamaah yuuk,”tanyaku kepada temanku.
Nanti aja ahh..sok kamu duluan aja,”jawab temanku dengan nada malas-malasan.
Kenapa???”tanyaku dengan penasaran.
Gpp,sich..soalnya kalo shalat berjamaah itu kan lama bangettt,nanti jadi ga konsentrasi + ga khusyuk shalatnya, mending saya shalat sendiri ajaa..,”jawab temanku dengan yakin.
Lalu aku terdiam membisu, pergi meninggalkannya, terus berjalan termenung menuju ke arah tempat wudhu. Pikiranku kemana-kemana, bingung, penasaran, seluru emosiku bercampur aduk memikirkan kata-kata temanku tadi, “soalnya kalo shalat berjamaah itu kan lama bangettt, nanti jadi ga konsentrasi + ga khusyuk shalatnya, mending saya shalat sendiri ajaa..”. Pernyataan dari temanku menimbulkan beribu-ribu pertanyaan di dalam benak pikiranku,
“Apakah shalat khusyuk itu hanya bisa jika kita shalat sendiri?
“Apakah shalat berjamaah itu tidak bisa khusyuk?
“Apakah shalat dengan berlama-lama bisa membuat menjadi tidak khusyuk?
“Apakah shalat dalam tempo yang cepat bisa membuat kita menjadi lebih khusyuk?

Waktu itu juga, saya pernah mendengar curhatan dari salah seorang ustadz yang sering menjadi imam di masjid ini. Beliau pernah mengakui, ketika beliau menjadi imam dalam shalat, durasi shalatnya memang lama. Sampai-sampai waktu itu, beliau sempat mendengar kalau ada salah satu jamaah yang berkomentar & bertanya terlebih dahulu ketika mau mengikuti shalat berjamaah di masjid yang dimana beliau sering menjadi imam, “ imamnya siapa nich???ustadz “ini” bukan??? Kalau ustadz “ini”, mending saya nanti aja shalatnya”.

Akhirnya saya menyimpulkan dengan sebuah pertanyaan,“Kenapa sich kita mesti shalat berlama-lama?”nanti kan jadi ga khusyuk shalatnya???

Manusia adalah hamba Allah. Tugas seorang hamba adalah menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah menegaskan dalam firman-Nya,“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. az-Zariyaat [51] : 56). Ayat ini merupakan sebuah teguran keras bagi kita. Apabila ayat ini dibuat kalimat pengingkaran, maka menjadi seperti ini, kalau jin dan manusia TIDAK diciptakan maka TIDAK perlu ADA IBADAH. Dan sekarang faktanya, kita telah diciptakan olehNYA, berarti mau ga mau, suka ga suka, seluruh aktivitas hidup kita, mulai dari kita bangun tidur sampai tidur kembali, tidak boleh lepas dari IBADAH. Salah satu ibadah yang diperintahkan ALLAH dan disampaikan secara langsung kepada kekasihNYA, Muhammad SAW yaitu SHALAT.

Shalat telah menjadi sebuah kegiatan rutinitas yang divisualisasikan dengan alasan yang klise yaitu jika tidak mengerjakan maka akan masuk neraka, mengerjakan shalat karena merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Pemahaman ini tentu benar, namun kurang komprehensif dalam memotret shalat itu sendiri. Seandainya tidak ada neraka dan shalat tidak diwajibkan, mungkin sebagian orang tidak akan pernah melakukan shalat wajib tersebut.

“Soalnya kalo shalat berjamaah itu kan lama bangettt, nanti jadi ga konsentrasi + ga khusyuk shalatnya, mending saya shalat sendiri ajaa..”.

Dari pernyataan di atas ada dua point yang ingin saya bahas, yaitu shalat khusyuk & shalat berjamaah. Namun, di notes pertama ini saya akan membahas shalat khusyuk dulu.

Awalnya, sebelum menulis notes ini, saya sendiri pun belum mengetahui bagaimana khusyuk itu sebenarnya. Saya bingung, tidak bisa membedakan apa beda khusyuk dengan konsentrasi. Apakah khusyuk merupakan sinonim dari konsentrasi, atau apakah keduanya memiliki makna yang kontras?

Ternyata, khusyuk bersumber dari hati, sedangkan konsentrasi bersumber dari pikiran. Konsentrasi hanya terbatas pada kesadaran otak saja, sedangkan khusyu pada akhirnya akan membawa pikiran untuk bisa konsentrasi.

“Telah beruntunglah orang-orang mukmin, yaitu mereka yang khusyu’ dalam sholatnya.” (Qur’an Surat Al Mukminun 1-2)
“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang lalai dalam shalatnya.” (Qs. al-Maa’uun: 4-5)

Dua ayat di atas memiliki makna yang kontradiksi. Sebagai makhluk yang telah diberikan kelebihan dibanding makhluk lainnya, tentunya kita dapat memahami dengan jelas makna kedua ayat di atas. Dengan membuat sebuah kalimat implikasi, kita jadi lebih mudah memahami maknanya. Jika kita shalat khusyu’ maka kita akan beruntung. Sebaliknya, jika kita lalai dalam shalat, maka kita akan celaka dan sangat mungkin kalau kita tidak bisa shalat khusyu’ maka dimensi tanha anil fakhsya’ wal munkar-nya (shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar) tidak bisa tercapai.

Kedua ayat ini merupakan surat cinta ALLAH untuk kita. Surat cinta yang berisi kabar gembira & peringatan keras. Surat cinta yang menunjukkan begitu besarnya cinta & kasih sayang ALLAH kepada kita, teguran & nasehat yang keras agar kita tidak senantiasa untuk SADAR bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan tidak luput dari pengawasanNYA.

Shalat khusyuk adalah sebuah proses nyambung atau tidaknya kita kepada ALLAH. Shalat khusyuk harus mampu mencapai derajat memanggil AKU yang berarti nafs, jiwa atau ruh yang akan kembali kepada Allah swt, bukanlah gerakan jasmaniyyah badan kita semata.

Kacaunya shalat kita selama ini hanya berdasar pada konsentrasi bukan kekhusyukan. Hanya bersumber dari otak. Sedangkan salah satu kelemahan otak kita adalah tidak suka sesuatu yang diulang-ulang . Jika merespon sesuatu yang sama, maka si otak akan cepat bosan. Oleh karena itu, otak yang sudah penuh dengan dunia, seringkali urusan dunia juga ikut masuk dalam shalat, makanya tidak heran, ketika shalat, benda yang hilang bisa menjadi ketemu, ketika shalat, tiba-tiba teringat seseorang yang kita sayangi dll.

Inilah yang perlu kita tarik dalam-dalam ketika takbir, rasakan DIA (baca : ruh) yang ikut shalat, bukanlah badan kita, sampai Al Ghazali menganalogikan kalau kita ingin dekat Allah maka kita harus sungguh-sungguh memanggilnya, laksana seorang anak kecil yang ketakutan karena ada ular atau bahaya, lalu memanggil-manggil ayahnya, “Ayah… Ayah… Ayah…”, maka ayahnya pasti datang dengan seruan itu dan melindungi anak tersebut. Demikianlah kalau kita ingin bebas dari maksiat, kata Al Ghazali, maka kita harus panggil dengan betul-betul ketakutan akan maksiat tersebut, kita panggil pelindung kita dengan sungguh-sungguh seakan anak kecil memanggil-manggil ayahnya, maka akan dilindungi kita dari maksiat tersebut.

Diambil beberapa ringkasan dari pelatihan shalat khusyuk, beberapa hal yang perlu kita perbaiki ketika shalat antara lain :

Salah paham tentang niat
Niat bukan hanya di awal shalat tetapi niat adalah ibarat analogi di bawah ini :
kita diberi gelas berisi air penuh, yang goyang sedikit saja tumpah, lalu kita disuruh membawanya berjalan 100 meter. Sepanjang perjalanan itu kita harus menjaga kesadaran agar airnya tidak tumpah. Usaha menjaga kesadaran itulah namanya niat.

Menganggap bacaan shalat adalah sebagai kontrol gerakan sholat
Ketika shalat, sering kali kita terburu-buru melakukan bacaannya. Serta ketika bacaan sudah selesai, kita juga terburu-buru mengakhiri gerakan tersebut.
Shalat model seperti ini disindir dalam sebuah hadist “ Kam min qaaimun kahdhuhu min shaltihi atta’ab wan annashob”. Banyak orang yang melaksanakan shalat hanya mendapatkan lelah dan kepayahan. Dalam hadist yang lain “ Ya’ti ala an nash yushalluuna wala yushollun”. Akan datang pada manusia suatu saat nanti mereka shalat, tetapi seperti tidak shalat.
Oleh karena itu, dalam shalat, kita harus mentertibkan gerakan sholat kita, lakukanlah dengan tuma’ninah (rileks, santai). Bacaan berulang-ulang di setiap rukuk atau sujud, jumlahnya juga tidak harus 3 kali, boleh diucapkan berulang-ulang sebanyak apapun. Ini dilakukan untuk sugesti diri, doa, komunikasi, autoterapi, dll.

Menganggap bacaan shalat hanya sekedar bacaan
Ketika shalat, sering kali kita membaca bacaannya secara cepat tanpa tahu maksud apalagi penghayatannya. Tidak sedikit yang hafal bacaan iftirasy (duduk di antara 2 sujud), namun banyak yang tidak tau bahwa di dalamnya terkandung dialog 8 doa. Dialog pada siapa yang disembah. Namun, kebanyakan dibaca datar saja, mengalir dari bibir/otak, bukan dari hati.
Rabbighfirli.. (Tuhanku, ampuni aku..)
Diamlah sejenak, buka hati kita untuk menerima ampunan dari Allah seperti membuka diri ketika merasakan hembusan angin sepoi-sepoi atau menerima curahan air hujan ketika kita masih kecil. Kemudian sampaikanlah permintaan kedua,
Warhamni.. (Sayangi aku..).
Diam dan tundukkanlah diri kita untuk menerima kasih-sayang Allah yang tak terhitung besarnya. Bukalah dada kita seluas-luasnya agar semakin banyak kasih-sayang Allah yang kita terima.
Wajburnii.. (Tutuplah aib-aibku..) Warfa’nii.. (Angkatlah derajatku..)
Warzuqnii.. (Berilah aku rezeki..) Wahdinii.. (Berilah aku petunjuk..)
Wa’Aafinii.. (Sehatkan aku..) Wa’fuannii.. (Maafkan aku..)
Setelah selesai, diamlah sejenak
lalu sampaikan rasa syukur kita. Betapa besarnya nilai sebuah doa ini. sebuah doa yang sering kita lewatkan begitu saja. Dan secara tidak sadar, ternyata selama ini, kita hanya berada pada kepura- kepuraan, kepura-puraan meminta & berdo’a.

Esensi sholat adalah doa, berdialog dengan Allah secara langsung.

Makanya tidak heran kalau ada beberapa orang sering lupa ketika ditanya, “kamu sudah shalat belum???”maka jawabnya bingung,” oya, tadi sudah shalat, apa belum yaa??”(n_n)
Jawaban seperti ini sering kali kita dengar dan ini menunjukkan bahwa dia belum khusyuk shalatnya, dia hanya melaksanakan shalat dengan berkonsentrasi bukan dengan kekhusyukan.
Sholat khusyu bukanlah sholat yang lama, namun saat meraih khusyu akhirnya sholat menjadi lama, karena rasanya akan sayang sekali untuk mengakhiri sholat. Dan setiap kali selesai sholat, akan merindukan waktu sholat berikutnya. Ini bukan hal yang dibuat-buat, tapi digetarkan dari dalam qalbu. Shalat seperti inilah yang dirindukan orang, bertahan lama karena enak, tidak jenuh, asyik dan menggapai bahagia. Baahkan rileks, sebagaimana ketika Rasul mengingatkan Sahabat Bilal, Arikhna bis As shalat, tenang atau refreshingkanlah dirimu dengan shalat dan diingatkan juga oleh ALLAH dalam surat cintaNYA yaitu
Tegakkan shalat untuk mengingat-Ku.“(Qs. Thaha: 14) “Ketahuilah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang.” (Qs. Ar-Ra’du: 28)

Selanjutnya setelah selesai shalat sebaiknya kita tidak langsung beranjak pergi meninggalkan tempat shalat, tetapi cobalah untuk berdiam diri sejenak, mengkoreksi diri kembali karena Rasulullah SAW bersabda:
“Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya,
(para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’”

Kemudian berdoalah…kenapa diri ini malas untuk berlama-lama berdoa.. melapor kepada Allah SWT.. mengeratkan lagi tali kasih diri ini pada yg Maha Mencintai…..

SO, SHALAT KOK MESTI LAMA_LAMA YAAA????(n_n)….

Seringkali kita merasa cukup dengan apa yang sudah kita lakukan…
padahal masih banyak yang mesti kita perbaiki dan lakukan…
Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang2 yang selalu memperbaiki diri…..

Di heningnya pagi, di pukul 04.18 menanti adzan shalat shubuh dan sebelumnya diingatkan oleh yang MAHA KUASA atas kebesaran dan kekuasaanya bahwa DIA lah satu-satunya raja & penguasa di seluruh alam semesta ini, pada pukul 03.08 terasa getaran-getaran yang cukup kuat dari gempa bumi 7,1 SR di daerah Cilacap. Semoga saudara- saudara kita di Cilacap diberi kesabaran & kelapangan dada atas bentuk teguran & kasih sayangnya ini.(n_n)

Salam CINTA

Eka Tisa

Tubiiii kontinyuuuuuuu…….(n_n)
………………………………SHALAT BERJAMAAH…..(n_n)

Comments on: "SHALAT KOK MESTI LAMA_LAMA YAAA????(n_n)" (3)

  1. jadi tidak sabar menunggu waktu shalat (n_n)

  2. Tisa Khaulah Khasanah Anshorullah said:

    (n_n)SMGT ziii!!!

Leave a comment